(Han-lie's Slide-show Jul 16, '09 3:58 AM)
Bulan lalu di-website ‘Shan Hua’ (HK) sdr. Teng menulis dalam bahasa Mandarin, bahwa dengan beberapa kawan alumni Pahoa yang tinggal di HK, pergi ke Macao untuk menengok Mr. Wen Jin-Liang dan istri Mrs. Tang Zhi-xin (kami panggil beliau Ibu Guru Tang). Pak Guru Mr. Wen kini sudah berusia 90 tahun lebih. Waktu melihat foto mereka bersama, saya merasa gembira, bahwa Beliau berdua kelihatannya sehat2. 1-2 hari lalu saya mendapat dari Pak Bambang satu artikel tentang Sekolah Terpadu PAHOA Serpong/Jakarta. Diberitakan, bahwa ex-Guru Sekolah Pahoa/JPP kita Mr. Wen Jin-Liang, yang kini sudah berusia 92 tahun, chusus dari Macao diundang datang ke Jakarta untuk menghadiri "Peresmian Pembangunan Tahap 2 Sekolah Terpadu PAHOA" dan pidato sebagai bekas kepala sekolah Pahoa/JPP. Menurut pengetahuan saya, Mr. Wen pindah ke Indonesia setelah perang dunia ke 2. Waktu itu Beliau mengajar bahasa Mandarin dan pernah menjadi guru klas SMA kami. Dia juga pernah menjadi kepala Sekolah Rakyat Pahoa/JPP Pusat. Seperti setiap orang yang sekolah hingga tingkat tinggi, Saya melalui process pelajaran lebih dari dua dekade. Semula masuk sekolah Taman Kanak2 disatu desa kecil di Jawa Timur, menruskan sekolah rendah dan SMP di Surabaya dan 2-3 kali pindah2 sekolahan. Selesai SMA di JKT, meneruskan di ITB Bandung berapa tahun. Achirnya hingga selesai di Universitas Swiss. Karena banyaknya, saya tidak bisa menghitung berapa banyak guru2 yang pernah mengajar saya. Di Sekolah Rendah sampai SMA kita panggil Pak Guru, di Sekolah Tinggi ganti diebut ‚professor’. Tidak tahu apa sebabnya, mungkin si Pak ‚guru’ yang mengajar dan mendidik kita, sedangkan si Pak ‚professor’ tidak mendidik hanya memberi kuliah. Dihitung dengan jari, selama di Indonesia saya tidak pernah lebih dari 3 setengah tahun menetap disatu sekolahan. Ergo, setelah 50 tahun lebih meninggalkan halaman sekolah, hubungan dengan banyak guru telah hilang, malahan banyak sekali saya lupa namanya. Namun, ada kekecualian dengan beberapa guru. Dianataranya dengan Pak Guru Mr. Wen dan istri Beliau, Ibu Guru Tang. Beliau menetap di Asia dan saya dibenua Barat dan lebih dari 50 tahun kami berpisah. Tapi, mungkin ini dasar jodohnya, dalam jalan hidup kami, agak kerab kami berlintangan, tanpa berjanjian sebelumnya kami berjumpa diberbeda kesempatan atau lokasi.